Minggu, 11 Maret 2012

BJ HABIBIE, dibeberapa hariku







MEJA MAKAN 1- Kerepotan

“Ini namanya roti tempe, karena bentuknya mirip tempe”

sebentuk roti  yang berserat diperlihatkan, kemudian disodorkan padaku.

“Ayoo dicoba … “

Keramahan meja makan. Ritual pagi  yang sama dari pagi kemarin …  dengan kalimat  yang serupa.  
Rotinya roti biasa.  Menjadi istimewa karena disajikan pada suasana yang sedikit kagok bagiku.  Apakah aku cukup berperilaku sopan?.  Kuoleskan butter di atasnya.

“ Lagi ya … kok cuma satu”

“ Saya tidak makan terlalu banyak pak kalau pagi”

Mata bundar itu menatapku sejenak sambil berkata

“Saya sudah bilang, saya oom kamu. Jangan panggil lagi bapak.  Lin dan Edward itu bukan siapa-siapa lagi bagi saya.  Mereka yang sering membela saya”

Lalu mengalirlah  cerita tentang beberapa peristiwa terkait pembelaan bonyu dan amang tuaku terhadap beliau.  Kemudian bergulir lagi kepada silsilah keluarga amang tua. Beliau dengan fasih menyebutkan satu persatu, sementara aku mengunyah roti tempe itu.

“Ai jadi pulang kapan?”

“Besok oom,  hari ini tidak ada seatnya. Tapi saya mau pamit oom. Pagi ini saya mau tidur di Hamburg”   Gelasku kugeser, takut tersenggol.

Beliau menatapku
“Ohh kamu menginap di mana?, sudah ada hotel?” 

“Ohh gampang oom kalau hotel, saya bisa cari. Yang penting koper bisa saya titipkan di Bandara. Jadi ngak perlu dibawa-bawa lagi”

Beliau meletakkan peralatan makannya.

“Lho kenapa tidak disini saja?  Biar besok kamu diantarkan mobil ke bandara”

“Ngak usah oom, saya ngak mau ngerepotin … “

Belum selesai kalimatku beliau sudah menukas

“No, tidak ada yang direpotkan. Kamu tidak merepotkan. Jadi besok kamu diantarkan dengan  mobil”

Aku tercekat … sepertinya aku salah menjawab.

“Bukan … Ai mau lihat-lihat Hamburg”  ada pengkoreksian.

“Iya oom,  mau keliling”

“Nahh kalau karena mau lihat-lihat tidak masalah. Tapi jangan karena merasa merepotkan. Saya oom kamu. Jadi tidak ada yang direpotkan. Saya pikir saya mau ajak kamu keliling naik sepeda sore ini”





MEJA MAKAN 2 - Perbedaan

Ritual makan  selalu diselingi dengan break percakapan telepon.  Aku menghitung ini sudah yang ketiga kalinya.  Semuanya dari orang-orang penting dunia.  Saat beliau kembali duduk di kursinya, aku bertanya :

“Oom kapan selesai makannya kalau terima telepon terus”

Beliau tertawa

“Yaaa itulah …  Dulu ada ibu  yang selalu membatasi. Sekarang tidak ada lagi yang melarang”

Saputan kesedihan pada  matanya.  Aku membacanya. 

“Saya tidak bisa menolak, mereka minta saya membantu dalam beberapa hal. Menjadi konseptor bagi pembentukan Negara. Bagaimana filosofinya berkehidupan bernegara”

Mulailah perbincangan tentang sebuah Negara.  Termasuk bagaimana saat beliau dahulu memimpin Indonesia.  Percaturan politik yang luar biasa saat itu, hingga  penuturan latar belakang keputusan melepas Timor Timur dari bagian NKRI.

Aku tidak menyela. Yang lainpun tidak.  Aku sendiri sibuk untuk mentautkan jaringan2 pemahaman otakku, karena gaya cerita beliau yang melompat-lompat seringkali membutuhkan energi lebih untuk memahami percakapannya. 

Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika salah satu yang disinggung. (aku lupa awal konteksnya).  Merembet kepada materi film ?

“Saya sudah menonton filmnya. Menarik. Memang ada perbedaan. Negara kita memang terdiri dari beragam hal”.

Aku menanggapi :

“Iya, saya menonton profil oom di tvOne. Saat bersekolah di SMAK Dago.  Oom mendapat nilai paling tinggi juga untuk pelajaran agama Kristen”

Beliau terbahak. 

“Ya ..  memang. Saya murid pandai. Ibu saya mengatakan saya sudah membekali anak saya dengan pelajaran agama yang baik. Jadi tidak takut kalau anaknya akan terpengaruh. Justru saya dapat melihat lebih luas”

“Sekarang agak susah ya oom. Kondisinya tidak sama seperti jaman lalu. Dari reaksi orang terhadap film ? ada pernyataan2 yang menggelitik.  Ada yang beranggapan bahwa setiap  agama itu punya Tuhannya masing-masing”

Beliau tercenung. Dengan sendok dan garpu masih ditangan. Sementara roti tempe masih ada separuh.

“Yaaaa .. mereka pikir Tuhan itu banyak?!. Tuhan itu esa!.  Hanya cara kita kepada Tuhan yang berbeda-beda”

Aku meneguk air putihku.  Kenyataannya banyak yang tidak paham kata esa.  Mungkin mereka tidak ingat lagi sila 1 Pancasila.  Atau malah ada keinginan untuk menggantikan dengan Piagam Jakarta. 

Tapi aku tidak memperpanjang percakapan tentang hal tersebut. 

Telepon berdering lagi.  Ajudan memberikan kepada beliau.  Roti tetap masih separuh … beliau sudah beranjak berbincang panjang di telepon dalam bahasa German dan Inggris …



MAKAN SIANG  - BLOCK HOUSE

Block House - Hamburg

“Nah disini enak-enak”

Aku membolak balik menu.

Makan apa yaaa …

“Saya dipilihin aja deh … yang porsinya ngak besar”

Beliau dengan telaten menjelaskan  detail menunya. Nampak akrab dengan suasana restoran, karena memang ini salah satu tempat favorit keluarga.

Memotong daging sambil mendengarkan brief beliau

“Jadi  inti cerita filmnya adalah cinta. Karena cinta itu universal. Supaya semua dapat terinspirasi dari cinta.  Kekuatan cinta itu luar biasa”

Mengalirlah kisah cinta beliau.  Kekuatan cinta seorang Ainun pada Habibie. Ainunlah  yang juga mengingatkan beliau akan sumpahnya pada ibu Pertiwi.

Sejenak meletakan sendok supnya, beliau membacakan  sumpah pada ibu Pertiwi :

“Terlentang! Jatuh! Perih! Kesal!
Ibu Pertiwi
Engkau pegangan
Dalam perjalanan
Janji Pusaka dan Sakti
Tanah Tumpah darahku makmur dan suci

Hancur badan!
Tetap berjalan!
Jiwa Besar dan Suci
Membawa aku PADAMU!”

Terhenti sebentar untuk mengunyah sepotong daging.  Kemudian beliau melanjutkan :

“Jadi saya diingatkan akan tujuan saya untuk kembali ke pangkuan ibu Pertiwi. Pada saat saya harus memilih antara jabatan yang baik di sini (Germany) dengan tawaran untuk membangun Negara,  Ibu mengatakan bahwa saya harus memenuhi janji saya pada ibu Pertiwi”

“Orang harus melihat bahwa kekuatan cinta itu luar biasa.  Kekuatan cinta yang beragam.  Cinta ibu pada saya mendorong saya untuk mencintai pekerjaan saya, keluarga, Negara saya”

“Film ini harus mampu menggerakan cinta yang lain. The power of Love”

Suapan terakhirku.  Sudah  1 jam lebih berbincang di restoran ini.

“Oom sudah waktunya ke dokter”

Namun beliau masih saja meneruskan tuturannya … 
Waktu dengan dokterpun terlewat. 

Mengantar ke dokter - walaupun sudah lewat waktu


PAMIT  1 – Aachen




Pagi hari pukul  10.00. Ada sedikit perdebatan saat harus ke Aachen pada hari Minggu

Di halaman depan, dekat garasi

“Saya tidak melarang. Hanya sekarang hari Minggu. Nanti kalian tidak menemukan apa-apa disana.  Kasian kalian, 5 jam sampai sana”

“Oom saya sudah kontak dengan beberapa mahasiswa sana. Mereka mau membantu menemani kita.  Jadi nanti mereka yang menunjukan tempat-tempatnya.  Kalau hanya 5 jam ngak pa-pa oom.  Soalnya Aachen tujuan utama.  Kita ke Jerman 17 jam oom,  untuk bisa ke Aachen”

Beliau tersenyum. Matanya membesar.

“Nahhh ini masuk akal. Yaa memang sudah 17 jam yaa. Oke oke pergi”

Sambil mengenakan baju rumahan, beliau menghampiri GPS pada mobil van.  Dengan terampil tangan-tangannya menekan tuts huruf, memasukkan semua alamat  yang harus dituju di Aachen.


“Nahhh … sudah lengkap ya. Hati-hati”

Beliau selalu membetulkan penyebutan kata Oberforstbach, karena aku kesulitan untuk kata itu.  Sambil tertawa-tawa beliau mengatakan :

“Gelokkk … susah yaa menyebutkan”

Hahaha .. kata gelok itu selalu ada setiap kali beliau menemukan kelucuan.

Saat mobil  akan keluar dari pintu gerbang beliau berlari-lari mengejar
Dari kaca depan :

“Saya lupa. Ada kulkas.  Mau yaaa bawa kulkas”

Aku bingung apa maksudnya kulkas.
Ohhh tempat pendingin minuman

“Ngak usah Oom terimakasih … “

“Benar yaaa … nanti haus di jalan”

“Iya oom ngak pa-pa. Nanti beli minuman di pemberhentian”

Mobil mulai berjalan, seiiring lambaian tangannya. 

“Hati-hati yaaa”

Ahhhh … mataku hampir basah …  begitu tulus dan penuh perhatian. 
Seorang besar yang masih memikirkan minuman perjalananku.


"Mau bawa kulkas?"


PAMIT 2 – BERENANG

Selasar Rumah Utama 

Siang hari  di selasar rumah utama,  aku pamit untuk  pergi  ke Hamburg
Berbincang sebentar, menyinggung kolam renang.

“Sini liat kolamnya”

Aku memang belum pernah masuk kesana.
Kolam renang dalam ruangan. Temperaturenya sangat hangat, padahal di luar sedang 10 C.

Beliau menjelaskan tentang teknologi yang dipergunakan pada kolam ini. Aku mengangguk sambil mencoba memahami. 

“Coba nanti kamu berenang disini”
“Oom saya ngak bisa berenang”

Beliau membelalak

“Hah?!  Saya baru ketemu orang sebesar ini tidak bisa berenang”

Beliau terbahak-bahak

“Benar lho ..  saya baru ketemu”
“Dicoba ya.  Bisa tidak bisanya tergantung kepada pikiran sendiri”

Sambil berlalu dari situ, aku tersenyum … bahwa beliau bisa terkejut karena aku tidak bisa berenang.  Tetapi memang benar, ketidakbisaan lebih banyak bermain di otakku.



DOSEN

Malam itu ada perbincangan dan diskusi.  Aku pamit untuk kembali ke kamar.

“Oom saya harus mengirim email ke mahasiswa di Aachen. Saya sudah janji. Kemarin dia  membantu mengantar ke tempat-tempat oom pernah belajar. Nah besok dia ujian. Kebetulan saya paham materinya”
“Ohh tentang apa?”
“Marketing oom, business plan”
“Oke oke”

aku ke kamar, menulis semua materi tentang Porter dan lain-lain, mengirimkan emailnya. 

Kamar di rumah Aachen

2 hari kemudian percakapan dengan Bapak

“Bagaimana, sudah kamu kirimkan?”
“Apa ya oom”
“Materi ujian  untuk mahasiswa Aachen”

Ohh beliau masih ingat percakapan malam itu

“Sudah oom. Dan lumayan. Beberapa materi keluar. Dia cukup terbantu”

Beliau tersenyum

“Good. Itu trade-in yang bagus. Kamu dibantu dia, dan dia kamu bantu.  Hasilnya apa?”
“Saya rasa sih bagus oom. Anaknya juga pinter”
“Good good. Kamu jadi dosen aja di sini … “

Aku memutar mataku.  Frans –aachen student itu,  juga sudah memanggilku bu DOSEN J

maksih banyak ya bu Ayie, aduh membantu banget, untung Bu Ayie kasih tahu tuh soal porter, teryata penting buanget, dan keluar pas ujian tadi :D

marketing stratgy internal external-> aku salah diisni
swot analysis dr ebay
5 froces porter analysis dr case
market research gmn caranya
perbedaan causaltity sama effectuation
penegrtian entrepreneurship
beda2nya tipe2 perusahaan di jerman
trus apa lagiya,
ah ya sama multiplechoice gitu
mudah2an aja td bisa kebaca tulisannya,
tp terima kasih banget berkat emailnya Bu ayie, aku jd lbh bisa ngerti maksud inti point dr step by step businessplannya :D jd pas startnya bisa dibandingin mana yg segmentasi mana yg analisa makro mikronya :D kl dibahasa indonesiain lbh gampang ngertinya :D

kan jd dosen "unofficial" saya, jadi manggilnya hrs pake bu :D



3 komentar:

  1. catatan ini mengabarkan kembali sisi hangatnya kepribadian Pak Habibie lewat detil yang hanya bisa ditangkap oleh orang-orang yang dekat dengan beliau.
    nampaknya setiap yang beliau kenal, saudara ataupun bukan, akan merasa dekat ya, Ayie.
    Suka sekali! Gambar2nya sangat mewakili, jadi serasa ada disana. Kapaaan ya aku ke luar? hehe ... ngimpi.
    Ayie, terus berkarya!

    BalasHapus
  2. semoga sukses &
    salam sejahtera
    selalu <3

    BalasHapus