Minggu, 11 Maret 2012

BJ HABIBIE, dibeberapa hariku







MEJA MAKAN 1- Kerepotan

“Ini namanya roti tempe, karena bentuknya mirip tempe”

sebentuk roti  yang berserat diperlihatkan, kemudian disodorkan padaku.

“Ayoo dicoba … “

Keramahan meja makan. Ritual pagi  yang sama dari pagi kemarin …  dengan kalimat  yang serupa.  
Rotinya roti biasa.  Menjadi istimewa karena disajikan pada suasana yang sedikit kagok bagiku.  Apakah aku cukup berperilaku sopan?.  Kuoleskan butter di atasnya.

“ Lagi ya … kok cuma satu”

“ Saya tidak makan terlalu banyak pak kalau pagi”

Mata bundar itu menatapku sejenak sambil berkata

“Saya sudah bilang, saya oom kamu. Jangan panggil lagi bapak.  Lin dan Edward itu bukan siapa-siapa lagi bagi saya.  Mereka yang sering membela saya”

Lalu mengalirlah  cerita tentang beberapa peristiwa terkait pembelaan bonyu dan amang tuaku terhadap beliau.  Kemudian bergulir lagi kepada silsilah keluarga amang tua. Beliau dengan fasih menyebutkan satu persatu, sementara aku mengunyah roti tempe itu.

“Ai jadi pulang kapan?”

“Besok oom,  hari ini tidak ada seatnya. Tapi saya mau pamit oom. Pagi ini saya mau tidur di Hamburg”   Gelasku kugeser, takut tersenggol.

Beliau menatapku
“Ohh kamu menginap di mana?, sudah ada hotel?” 

“Ohh gampang oom kalau hotel, saya bisa cari. Yang penting koper bisa saya titipkan di Bandara. Jadi ngak perlu dibawa-bawa lagi”

Beliau meletakkan peralatan makannya.

“Lho kenapa tidak disini saja?  Biar besok kamu diantarkan mobil ke bandara”

“Ngak usah oom, saya ngak mau ngerepotin … “

Belum selesai kalimatku beliau sudah menukas

“No, tidak ada yang direpotkan. Kamu tidak merepotkan. Jadi besok kamu diantarkan dengan  mobil”

Aku tercekat … sepertinya aku salah menjawab.

“Bukan … Ai mau lihat-lihat Hamburg”  ada pengkoreksian.

“Iya oom,  mau keliling”

“Nahh kalau karena mau lihat-lihat tidak masalah. Tapi jangan karena merasa merepotkan. Saya oom kamu. Jadi tidak ada yang direpotkan. Saya pikir saya mau ajak kamu keliling naik sepeda sore ini”





MEJA MAKAN 2 - Perbedaan

Ritual makan  selalu diselingi dengan break percakapan telepon.  Aku menghitung ini sudah yang ketiga kalinya.  Semuanya dari orang-orang penting dunia.  Saat beliau kembali duduk di kursinya, aku bertanya :

“Oom kapan selesai makannya kalau terima telepon terus”

Beliau tertawa

“Yaaa itulah …  Dulu ada ibu  yang selalu membatasi. Sekarang tidak ada lagi yang melarang”

Saputan kesedihan pada  matanya.  Aku membacanya. 

“Saya tidak bisa menolak, mereka minta saya membantu dalam beberapa hal. Menjadi konseptor bagi pembentukan Negara. Bagaimana filosofinya berkehidupan bernegara”

Mulailah perbincangan tentang sebuah Negara.  Termasuk bagaimana saat beliau dahulu memimpin Indonesia.  Percaturan politik yang luar biasa saat itu, hingga  penuturan latar belakang keputusan melepas Timor Timur dari bagian NKRI.

Aku tidak menyela. Yang lainpun tidak.  Aku sendiri sibuk untuk mentautkan jaringan2 pemahaman otakku, karena gaya cerita beliau yang melompat-lompat seringkali membutuhkan energi lebih untuk memahami percakapannya. 

Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika salah satu yang disinggung. (aku lupa awal konteksnya).  Merembet kepada materi film ?

“Saya sudah menonton filmnya. Menarik. Memang ada perbedaan. Negara kita memang terdiri dari beragam hal”.

Aku menanggapi :

“Iya, saya menonton profil oom di tvOne. Saat bersekolah di SMAK Dago.  Oom mendapat nilai paling tinggi juga untuk pelajaran agama Kristen”

Beliau terbahak. 

“Ya ..  memang. Saya murid pandai. Ibu saya mengatakan saya sudah membekali anak saya dengan pelajaran agama yang baik. Jadi tidak takut kalau anaknya akan terpengaruh. Justru saya dapat melihat lebih luas”

“Sekarang agak susah ya oom. Kondisinya tidak sama seperti jaman lalu. Dari reaksi orang terhadap film ? ada pernyataan2 yang menggelitik.  Ada yang beranggapan bahwa setiap  agama itu punya Tuhannya masing-masing”

Beliau tercenung. Dengan sendok dan garpu masih ditangan. Sementara roti tempe masih ada separuh.

“Yaaaa .. mereka pikir Tuhan itu banyak?!. Tuhan itu esa!.  Hanya cara kita kepada Tuhan yang berbeda-beda”

Aku meneguk air putihku.  Kenyataannya banyak yang tidak paham kata esa.  Mungkin mereka tidak ingat lagi sila 1 Pancasila.  Atau malah ada keinginan untuk menggantikan dengan Piagam Jakarta. 

Tapi aku tidak memperpanjang percakapan tentang hal tersebut. 

Telepon berdering lagi.  Ajudan memberikan kepada beliau.  Roti tetap masih separuh … beliau sudah beranjak berbincang panjang di telepon dalam bahasa German dan Inggris …



MAKAN SIANG  - BLOCK HOUSE

Block House - Hamburg

“Nah disini enak-enak”

Aku membolak balik menu.

Makan apa yaaa …

“Saya dipilihin aja deh … yang porsinya ngak besar”

Beliau dengan telaten menjelaskan  detail menunya. Nampak akrab dengan suasana restoran, karena memang ini salah satu tempat favorit keluarga.

Memotong daging sambil mendengarkan brief beliau

“Jadi  inti cerita filmnya adalah cinta. Karena cinta itu universal. Supaya semua dapat terinspirasi dari cinta.  Kekuatan cinta itu luar biasa”

Mengalirlah kisah cinta beliau.  Kekuatan cinta seorang Ainun pada Habibie. Ainunlah  yang juga mengingatkan beliau akan sumpahnya pada ibu Pertiwi.

Sejenak meletakan sendok supnya, beliau membacakan  sumpah pada ibu Pertiwi :

“Terlentang! Jatuh! Perih! Kesal!
Ibu Pertiwi
Engkau pegangan
Dalam perjalanan
Janji Pusaka dan Sakti
Tanah Tumpah darahku makmur dan suci

Hancur badan!
Tetap berjalan!
Jiwa Besar dan Suci
Membawa aku PADAMU!”

Terhenti sebentar untuk mengunyah sepotong daging.  Kemudian beliau melanjutkan :

“Jadi saya diingatkan akan tujuan saya untuk kembali ke pangkuan ibu Pertiwi. Pada saat saya harus memilih antara jabatan yang baik di sini (Germany) dengan tawaran untuk membangun Negara,  Ibu mengatakan bahwa saya harus memenuhi janji saya pada ibu Pertiwi”

“Orang harus melihat bahwa kekuatan cinta itu luar biasa.  Kekuatan cinta yang beragam.  Cinta ibu pada saya mendorong saya untuk mencintai pekerjaan saya, keluarga, Negara saya”

“Film ini harus mampu menggerakan cinta yang lain. The power of Love”

Suapan terakhirku.  Sudah  1 jam lebih berbincang di restoran ini.

“Oom sudah waktunya ke dokter”

Namun beliau masih saja meneruskan tuturannya … 
Waktu dengan dokterpun terlewat. 

Mengantar ke dokter - walaupun sudah lewat waktu


PAMIT  1 – Aachen




Pagi hari pukul  10.00. Ada sedikit perdebatan saat harus ke Aachen pada hari Minggu

Di halaman depan, dekat garasi

“Saya tidak melarang. Hanya sekarang hari Minggu. Nanti kalian tidak menemukan apa-apa disana.  Kasian kalian, 5 jam sampai sana”

“Oom saya sudah kontak dengan beberapa mahasiswa sana. Mereka mau membantu menemani kita.  Jadi nanti mereka yang menunjukan tempat-tempatnya.  Kalau hanya 5 jam ngak pa-pa oom.  Soalnya Aachen tujuan utama.  Kita ke Jerman 17 jam oom,  untuk bisa ke Aachen”

Beliau tersenyum. Matanya membesar.

“Nahhh ini masuk akal. Yaa memang sudah 17 jam yaa. Oke oke pergi”

Sambil mengenakan baju rumahan, beliau menghampiri GPS pada mobil van.  Dengan terampil tangan-tangannya menekan tuts huruf, memasukkan semua alamat  yang harus dituju di Aachen.


“Nahhh … sudah lengkap ya. Hati-hati”

Beliau selalu membetulkan penyebutan kata Oberforstbach, karena aku kesulitan untuk kata itu.  Sambil tertawa-tawa beliau mengatakan :

“Gelokkk … susah yaa menyebutkan”

Hahaha .. kata gelok itu selalu ada setiap kali beliau menemukan kelucuan.

Saat mobil  akan keluar dari pintu gerbang beliau berlari-lari mengejar
Dari kaca depan :

“Saya lupa. Ada kulkas.  Mau yaaa bawa kulkas”

Aku bingung apa maksudnya kulkas.
Ohhh tempat pendingin minuman

“Ngak usah Oom terimakasih … “

“Benar yaaa … nanti haus di jalan”

“Iya oom ngak pa-pa. Nanti beli minuman di pemberhentian”

Mobil mulai berjalan, seiiring lambaian tangannya. 

“Hati-hati yaaa”

Ahhhh … mataku hampir basah …  begitu tulus dan penuh perhatian. 
Seorang besar yang masih memikirkan minuman perjalananku.


"Mau bawa kulkas?"


PAMIT 2 – BERENANG

Selasar Rumah Utama 

Siang hari  di selasar rumah utama,  aku pamit untuk  pergi  ke Hamburg
Berbincang sebentar, menyinggung kolam renang.

“Sini liat kolamnya”

Aku memang belum pernah masuk kesana.
Kolam renang dalam ruangan. Temperaturenya sangat hangat, padahal di luar sedang 10 C.

Beliau menjelaskan tentang teknologi yang dipergunakan pada kolam ini. Aku mengangguk sambil mencoba memahami. 

“Coba nanti kamu berenang disini”
“Oom saya ngak bisa berenang”

Beliau membelalak

“Hah?!  Saya baru ketemu orang sebesar ini tidak bisa berenang”

Beliau terbahak-bahak

“Benar lho ..  saya baru ketemu”
“Dicoba ya.  Bisa tidak bisanya tergantung kepada pikiran sendiri”

Sambil berlalu dari situ, aku tersenyum … bahwa beliau bisa terkejut karena aku tidak bisa berenang.  Tetapi memang benar, ketidakbisaan lebih banyak bermain di otakku.



DOSEN

Malam itu ada perbincangan dan diskusi.  Aku pamit untuk kembali ke kamar.

“Oom saya harus mengirim email ke mahasiswa di Aachen. Saya sudah janji. Kemarin dia  membantu mengantar ke tempat-tempat oom pernah belajar. Nah besok dia ujian. Kebetulan saya paham materinya”
“Ohh tentang apa?”
“Marketing oom, business plan”
“Oke oke”

aku ke kamar, menulis semua materi tentang Porter dan lain-lain, mengirimkan emailnya. 

Kamar di rumah Aachen

2 hari kemudian percakapan dengan Bapak

“Bagaimana, sudah kamu kirimkan?”
“Apa ya oom”
“Materi ujian  untuk mahasiswa Aachen”

Ohh beliau masih ingat percakapan malam itu

“Sudah oom. Dan lumayan. Beberapa materi keluar. Dia cukup terbantu”

Beliau tersenyum

“Good. Itu trade-in yang bagus. Kamu dibantu dia, dan dia kamu bantu.  Hasilnya apa?”
“Saya rasa sih bagus oom. Anaknya juga pinter”
“Good good. Kamu jadi dosen aja di sini … “

Aku memutar mataku.  Frans –aachen student itu,  juga sudah memanggilku bu DOSEN J

maksih banyak ya bu Ayie, aduh membantu banget, untung Bu Ayie kasih tahu tuh soal porter, teryata penting buanget, dan keluar pas ujian tadi :D

marketing stratgy internal external-> aku salah diisni
swot analysis dr ebay
5 froces porter analysis dr case
market research gmn caranya
perbedaan causaltity sama effectuation
penegrtian entrepreneurship
beda2nya tipe2 perusahaan di jerman
trus apa lagiya,
ah ya sama multiplechoice gitu
mudah2an aja td bisa kebaca tulisannya,
tp terima kasih banget berkat emailnya Bu ayie, aku jd lbh bisa ngerti maksud inti point dr step by step businessplannya :D jd pas startnya bisa dibandingin mana yg segmentasi mana yg analisa makro mikronya :D kl dibahasa indonesiain lbh gampang ngertinya :D

kan jd dosen "unofficial" saya, jadi manggilnya hrs pake bu :D



Selasa, 28 Februari 2012

Film ? (Tanda Tanya) - sebuah perjalanan

Hari ini tanggal 25 Feb 2012.
Satu pagi, setelah penayangan film ? di layar SCTV.
Menarik napas panjang kelegaan bahwa satu siklus sudah terselesaikan.
Perjalanan yang  penuh liku  untuk sebuah film dengan akhir yang luar biasa,  karena semuanya seperti mengerucut bersamaan.

(matahari mulai menyengat beranda, bunga anggrek unguku tersisa 4 kuntum)











Selasa, 21 Feb saat mempersiapkan press conference peluncuran DVD dan Novelnya,
bbmku menerima kiriman foto fax surat  dari SCTV.    Isinya : Bersama ini kami sampaikan bahwa film "?" akan ditayangkan pada hari Jumat, tanggal 24 Februari 2012, pukul 22.30 WIB"

Surat ditandatangani oleh Division Head of Acquisition.

Sampai 5 kali aku membaca ulang tulisan kecil2 pada layar bbm, sebelum akhirnya mengucapkan puji syukur.  Terimakasih Tuhan ...  sambil tercenung memandangi wartawan yang mulai berdatangan.
"Akhirnya dapat terlaksana juga ... "

Apa ya awalan kisah behind the scene film ini ?

Perkenalan dengan Hanung bermula dari kebutuhan untuk membuat film pendek yang bernuansa Islami dengan pesan : Islam itu Indah.
Terjadi sekitar 2 tahun lalu.  Film pendek berdurasi 5 menit ini begitu menyentuh dan memberikan makna yang dalam  dengan pertanyaan sederhana : Apa itu Islam?
Tujuannya adalah menyampaikan bahwa Islam agama yang penuh kasih,  bukan agama penuh kekerasan.

APA itu ISLAM ...
menjadi kalimat tanya yang menarik, dan membawa kepada pemikiran untuk mengelaborasi ke dalam durasi yang lebih panjang.

Akhirnya di bulan Oktober  2010 diputuskan untuk membuat versi layar lebar dengan plot cerita : beberapa keluarga dengan latar belakang yang berbeda, mencoba untuk hidup berdampingan dalam satu wilayah.  Keluarga-keluarga tersebut memiliki masalah hidup masing-masing, yang pada akhirnya saling bersinggungan namun bisa mengakhiri konflik mereka dengan baik.

Dimana letak pertanyaan APA itu ISLAMnya?
bahwa pada segala permasalahan dan tingkatan kehidupan, semua yang menghadapinya berusaha untuk mempertahankan keyakinan mereka. Jika seorang anak muslim, menghadapi masalah yang sangat ekstrim untuk seusianya. Bagaimana sikapnya atas keyakinannya.
Jika seorang pengangguran dengan predikat Islam KTP menghadapi tawaran-tawaran yang menggoda keimanannya, apa yang dia lakukan?
Sebagai manusia-manusia dengan banyak kelemahan, pembelajaran tentang kesalahan yang dibuat akan memberikan makna bahwa keyakinan yang hakiki adalah pedoman dalam hidup mereka.  Agama janganlah dijadikan alasan untuk melakukan pembenaran atas perbuatan yang tidak baik.  Jikapun terjadi kekerasan,  bukan agama yang melakukannya. Tetapi orang perorang dengan segala motif mereka.  Jika diterapkan kepada kehidupan nyata di Indonesia, maka dibutuhkan pula toleransi untuk menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut.

Begitulah ... kemudian  bergulir menjadi sinopsis cerita yang menarik berdasarkan beberapa kisah nyata yang dapat digali.  Dijadikan sebuah alur cerita ;  tentang seorang pengusaha restoran china yang memiliki karyawan dari berbagai suku dan agama.  Salah satunya seorang wanita yang juga memiliki persoalan keluarga karena suaminya menganggur.  Adalah sebuah tantangan bagi si wanita karena bekerja di rumah makan China yang menyajikan masakan tidak halal. Tetapi dia tidak punya pilihan, karena perlu menafkai keluarganya.  Beruntung bahwa si pemilik restoran orang yang toleran dan mengerti keperluannya sebagai seorang muslimah.  Disini sang wanita begitu ulet dan tak tergoyahkan atas keyakinannya.  Demikian pula dia tetap setia kepada suaminya yang pengangguran, walaupun anak sang pemilik restoran menaruh hati padanya.

Kemudian pada tokoh2 lainnya, dimana memang ada contoh kejadian atau permasalahan yang menjadi inspirasi.  Misalnya tokoh laki-laki yang menyelamatkan gereja dari pengeboman, atau seorang aktor drama yang selalu memerankan tokoh Yesus walaupun dia seorang muslim.

Selanjutnya jadilah skenario film -yang menurutku sangat menarik.  Tetapi apa judul yang sesuai?

Cukup lama tim berkutat  mencari sang judul.  Namun tidak menemukan pilihan yang tepat. Hingga pada hari Sabtu pagi dilakukan breakfast meeting di kawasan Mega Kuningan, dilontarkan ide : bagaimana kalau judulnya diserahkan kepada para penonton? Karena berdasarkan skenario, akan diprediksi terjadi banyak pemikiran dari penonton  setelah menyaksikan filmnya.  Masing-masing orang akan memiliki kesimpulan sendiri. Masing-masing akan memberikan judul yang berbeda untuk film ini.
Oleh karenanya kemudian film ini dinamai FILM ? (tanda tanya) -apa menurutmu.

(dengan segala bentuk proses diskusi awal yang telah dilakukan,  aku menjadi bingung pada saat seorang penulis buku mengatakan bahwa cerita dan judul film ini seperti karangannya) 

Palu diketuk.  Skenario diproses ke tahap produksi.  Tanggalpun ditetapkan 7 April 2011.

Pihak 21 segera dihubungi untuk mengunci waktu tayangnya .
Setelah melakukan survey lokasi ke banyak tempat dan kota, akhirnya diputuskan untuk mengambil Semarang sebagai  lokasi shooting.  Ditemukan tempat yang sesuai, yaitu di daerah pecinan, dimana terdapat banyak gang dengan penduduk yang padat. Di situ  ada sebuah rumah kosong yang memang disewakan untuk keperluan shooting.  Tim penata artisik dikomandoi oleh Fauzi berhasil menyulap tempat tersebut dengan tata restoran China lama. Keren ...

Aku tidak mengikuti keseluruhan proses shooting ini.  Namun dari beberapa scene awal aku menilai pengambilan gambar, lighting dan keseluruhan sesuai dengan apa yang diharapkan.  Hanya pada toko buku Rika, seharusnya namanya adalah Aksara atau nama yang lebih mudah diingat. Terlanjur terpampang dengan tulisan Footnotes.  Dan tokoh Andhika berganti nama menjadi Surya.
Potongan-potongan scene awal aku bawa ke Jakarta untuk diproses ke materi promo awal.
Membuat logo film awal,  tanda tanya bentuk sederhana merah, dengan tag line tentang perbedaan.
Kemudian mendalami satu-satu karakter untuk dibuatkan disain posternya.



Nampaknya semua lancar, kecuali memang susah menjual cerita ini kepada para sponsor. Aku dapat memahami bahwa cerita yang terkait agama dan pernak pernik perbedaannya bukanlah cerita yang populer untuk image sebuah brand ataupun produk.  Pada akhirnya dengan sponsor yang sangat minim,  proses film ini tetap berjalan hingga selesai.  

Kompleksitas  prosesnya mulai terlihat pada saat filmnya sudah selesai post pro. Pada tahap permohonan ijin lolos sensor, ternyata ada perdebatan-perdebatan di LSF.  Aku rasa karena film ini cukup mengagetkan banyak orang, termasuk mereka yang berkutat di industrinya.  Hanung dan aku menghadiri forum tanya jawab dengan pihak LSF, sebelum mereka memutuskan bahwa film ini lulus dari sensor.  Pertemuan tidak hanya dihadiri oleh anggota LSF, tetapi juga oleh para pemuka agama. Diskusi yang menarik untuk menggali latar belakang dan pendalaman ceritanya.  Aku ingat itulah saat terakhir aku bertemu dengan alm. ibu Titi Said.  Beliau sangat mengapresiasi film ini. Demikian pula dengan ibu Rae Sita.   

Keluar dari ruang diskusi tersebut aku dan Hanung tercenung di mobil.  Ternyata inilah awal perjalanan  si Tanda Tanya ...   apakah LSF akan meloloskannya?  Jika iya, ini merupakan kemenangan dari perjuangan kreativitas dan pemahaman arti penting sebuah kata toleransi. 

Dan pada akhirnya ... surat lolos sensor itu didapatkan!  dengan sedikit sekali potongan, yakni pada gambar kepala babi.  Terimakasih LSF.  Aku menyadari dengan memberikan surat ini, LSF mengambil tanggung jawab atas segala bentuk respon terhadap film ?. Dan itu bukan hal yang mudah.  

Tetapi  buku ini sudah mulai  terbuka  ...  

Aku berkutat dengan materi press release sebelum membagikannya kepada para wartawan saat press conference sesudah penayangan perdananya di Gandaria city. 
Sambutan yang baik dari teman wartawan.  
Releasenya ada di berbagai macam media dan umumnya memberikan referensi yang baik -dalam konteks bahwa pesan yang disampaikan oleh film tercerna oleh mereka.  

Namun ada sedikit kabar yang sampai kepada Ketua GP Ansor bahwa ada adegan banser yang tidak sesuai dengan kenyataan.   Susahnya adalah itu hanya kabar  dimana para anggota banser belum melihat sendiri filmnya -karena filmnya memang belum beredar.  Akhirnya dilakukan nonton bareng  dengan ketua GP Ansor dan perwakilan-perwakilannya di TIM.  Sesudah menyaksikan, ternyata apa yang dikabarkan itu tidaklah benar.  Ketua GP Ansor menyambut baik film ini  dan bahkan selanjutnya bersama kami melakukan nobar dengan para anggota banser ke daerah-daerah.  

Launching filmyan sendiri  berjalan baik di Jakarta Theater  7 April 2011
kemudian premiere dilakukan juga di Semarang bersama para pejabat PEMDA dan bapak Walikota.  

Sambil  bekerja ekstra keras di pemasarannya, karena saat peluncuran film ini industri film sedang lesu dengan berhenti masuknya film-film Hollywood.  Tentunya trafik penonton yang datang ke cinema sangat berkurang.  Namun budget  promosi juga tidak terlalu besar, mengingat film ini didanai dengan sponsor yang minim.  Kuncinya adalah publikasi.  Referensi-referensi yang baik akhirnya mendorong penonton untuk datang dan menyaksikannya!  Bahkan mereka bisa melihat berkali-kali.  

Mengelola FB fans page adalah salah satu cara  untuk berkomunikasi dengan para penonton.  Ada pujian, ada caci maki. Itulah perbedaan.  Terimakasih untuk teman-teman media satu group yang sudah banyak membantu. Juga tim lainnya yang menangani berbagai demo terkait film ini.  Pekerjaan ini menyatukan semuanya  untuk bahu membahu mengatasi masalah lapangan.  Rekan-rekan di LSF pun sangat membantu.  Setiap saat berkoordinasi manakala terjadi serangan demo di kantor mereka.  Demikian juga pihak 21 yang selalu menanyakan keputusan terkait berbagai demonstran yang mendatangi mereka.  

Yang aku  ingat siang itu, mungkin tgl 28 April sesudah hampir sebulan filmnya tayang,  aku ditelpon oleh 21 Jakarta yang mengabarkan ada Demo ormas di 21 Tasikmalaya.  Aku segera mengontak manajer 21 Tasikmalaya.  Dan memang benar, terdengar teriakan-teriakan melalui telepon.  Sebelum mengambil keputusan  kuhubungi rekan yang dapat mengkoordinasikan aparat keamanan setempat.  Karena aku berada di Jakarta, sehingga susah untuk mencapai Tasikmalaya dalam waktu singkat.  Yang terpenting dijaga adalah jangan sampai jatuh korban, mengingat track record kekerasan ormas ini cukup mengkhawatirkan.  Dilakukan pula  diskusi di Tim  perihal kasus ini,  yang pada akhirnya diputuskan kita mendrop penayangan film ? di Tasikmalaya, mengingat akses ormas terhadap bangunan 21 sangat mudah. 

Kejadian yang sama berlaku pula di Bandung.  Namun karena di Bandung masyarakatnya sudah lebih majemuk,  maka aksi ormas masih dapat diredam.  Memang dilakukan diskusi antara muspida / kepolisian dengan pengusaha bioskop.  Dan pak Parwez mengatakan bahwa film ini berhak tayang karena sudah mendapat legalitas dari LSF.   Film ? di Bandung tidak kami turunkan.  

Apa yang menyebabkan ormas ini bergerak? Salah satunya adalah anggapan film ini sudah difatwakan haram oleh MUI.  Padahal tidak ada fatwa haram yang keluar dari lembaga tersebut.  Sehingga menjadi menarik membaca berita terjadi perdebatan antara anggota ormas dengan salah satu anggota MUI tentang hal ini.  Aku juga pernah menjadi koordinator perwakilan MUI untuk menonton bareng filmnya. Bahkan Tim juga pernah berdiskusi dengan mereka.  

Berkeliling ke universitas2 untuk berdiskusi merupakan jadwal panjang yang dijalani.  Melelahkan namun menyenangkan.  Hanung beberapa kali mengomeli mahasiwa karena mereka datang untuk berdiskusi tetapi belum melihat filmnya sama sekali.  Biasanya aku bagian penengah :) 

Hingga filmnya berakhir di layar lebar, tercatat lebih dari 550 ribu penonton yang menyaksikan di 21.  Sebenarnya jauh dari target yang ditetapkan. Tetapi sudah merupakan suatu prestasi di tengah kelesuan penonton film lokal.  

Masalah baru muncul saat SCTV akan menayangkan film ini di malam takbiran.  Ormas kembali bergerak. Dan yang membuat menjadi lucu adalah penyelesaiannya, yang menurutku dilakukan oleh person yang kurang mapan di bidangnya.  Karena pada satu saat dia berkata oke pada kita, namun ke pihak lain dia menyatakan ketidak setujuannya dengan film ini.  Tapi okelah ini pembelajaran berharga bagi person tersebut.  Banyak simpatisan yang datang ke kantor SCTV yang menyatakan prihatin bahwa lembaga penyiaran besar dapat tunduk pada tuntutan ormas, untuk sebuah produk yang sudah memiliki legalitas tayang.  Cukup seru. Demikian juga diskusi-diskusi di Fans page ? terkait kasus ini.  
Lama menanti akan ketidak pastian tayang ini.  
Namun pada akhirnya ... layar bb ini mengatakan 24 Feb 2012, pukul 22.30 wib,  film ? akan ditayangkan.  Terimakasih SCTV.  

kembali ke 21 Feb 2012 ...
Hanung sudah datang untuk melakukan press conference peluncuran DVD dan novel.  
aku harus bersiap-siap mendampingi dia dan menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan.  

Buku ini masih terbuka,  dengan peredaran bentuk baru filmnya melalui cakram dan tulisan. 

Semoga bisa dinikmati dengan baik. 


Aku juga  mulai membuka buku baru lainnya.  
Karena sudah ada cerita  baik di depan  mata,  untuk difilmkan.