Satu pagi, setelah penayangan film ? di layar SCTV.
Menarik napas panjang kelegaan bahwa satu siklus sudah terselesaikan.
Perjalanan yang penuh liku untuk sebuah film dengan akhir yang luar biasa, karena semuanya seperti mengerucut bersamaan.
(matahari mulai menyengat beranda, bunga anggrek unguku tersisa 4 kuntum)
Selasa, 21 Feb saat mempersiapkan press conference peluncuran DVD dan Novelnya,
bbmku menerima kiriman foto fax surat dari SCTV. Isinya : Bersama ini kami sampaikan bahwa film "?" akan ditayangkan pada hari Jumat, tanggal 24 Februari 2012, pukul 22.30 WIB"
Surat ditandatangani oleh Division Head of Acquisition.
Sampai 5 kali aku membaca ulang tulisan kecil2 pada layar bbm, sebelum akhirnya mengucapkan puji syukur. Terimakasih Tuhan ... sambil tercenung memandangi wartawan yang mulai berdatangan.
"Akhirnya dapat terlaksana juga ... "
Apa ya awalan kisah behind the scene film ini ?
Perkenalan dengan Hanung bermula dari kebutuhan untuk membuat film pendek yang bernuansa Islami dengan pesan : Islam itu Indah.
Terjadi sekitar 2 tahun lalu. Film pendek berdurasi 5 menit ini begitu menyentuh dan memberikan makna yang dalam dengan pertanyaan sederhana : Apa itu Islam?
Tujuannya adalah menyampaikan bahwa Islam agama yang penuh kasih, bukan agama penuh kekerasan.
APA itu ISLAM ...
menjadi kalimat tanya yang menarik, dan membawa kepada pemikiran untuk mengelaborasi ke dalam durasi yang lebih panjang.
Akhirnya di bulan Oktober 2010 diputuskan untuk membuat versi layar lebar dengan plot cerita : beberapa keluarga dengan latar belakang yang berbeda, mencoba untuk hidup berdampingan dalam satu wilayah. Keluarga-keluarga tersebut memiliki masalah hidup masing-masing, yang pada akhirnya saling bersinggungan namun bisa mengakhiri konflik mereka dengan baik.
Dimana letak pertanyaan APA itu ISLAMnya?
bahwa pada segala permasalahan dan tingkatan kehidupan, semua yang menghadapinya berusaha untuk mempertahankan keyakinan mereka. Jika seorang anak muslim, menghadapi masalah yang sangat ekstrim untuk seusianya. Bagaimana sikapnya atas keyakinannya.
Jika seorang pengangguran dengan predikat Islam KTP menghadapi tawaran-tawaran yang menggoda keimanannya, apa yang dia lakukan?
Sebagai manusia-manusia dengan banyak kelemahan, pembelajaran tentang kesalahan yang dibuat akan memberikan makna bahwa keyakinan yang hakiki adalah pedoman dalam hidup mereka. Agama janganlah dijadikan alasan untuk melakukan pembenaran atas perbuatan yang tidak baik. Jikapun terjadi kekerasan, bukan agama yang melakukannya. Tetapi orang perorang dengan segala motif mereka. Jika diterapkan kepada kehidupan nyata di Indonesia, maka dibutuhkan pula toleransi untuk menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut.
Begitulah ... kemudian bergulir menjadi sinopsis cerita yang menarik berdasarkan beberapa kisah nyata yang dapat digali. Dijadikan sebuah alur cerita ; tentang seorang pengusaha restoran china yang memiliki karyawan dari berbagai suku dan agama. Salah satunya seorang wanita yang juga memiliki persoalan keluarga karena suaminya menganggur. Adalah sebuah tantangan bagi si wanita karena bekerja di rumah makan China yang menyajikan masakan tidak halal. Tetapi dia tidak punya pilihan, karena perlu menafkai keluarganya. Beruntung bahwa si pemilik restoran orang yang toleran dan mengerti keperluannya sebagai seorang muslimah. Disini sang wanita begitu ulet dan tak tergoyahkan atas keyakinannya. Demikian pula dia tetap setia kepada suaminya yang pengangguran, walaupun anak sang pemilik restoran menaruh hati padanya.
Kemudian pada tokoh2 lainnya, dimana memang ada contoh kejadian atau permasalahan yang menjadi inspirasi. Misalnya tokoh laki-laki yang menyelamatkan gereja dari pengeboman, atau seorang aktor drama yang selalu memerankan tokoh Yesus walaupun dia seorang muslim.
Selanjutnya jadilah skenario film -yang menurutku sangat menarik. Tetapi apa judul yang sesuai?
Cukup lama tim berkutat mencari sang judul. Namun tidak menemukan pilihan yang tepat. Hingga pada hari Sabtu pagi dilakukan breakfast meeting di kawasan Mega Kuningan, dilontarkan ide : bagaimana kalau judulnya diserahkan kepada para penonton? Karena berdasarkan skenario, akan diprediksi terjadi banyak pemikiran dari penonton setelah menyaksikan filmnya. Masing-masing orang akan memiliki kesimpulan sendiri. Masing-masing akan memberikan judul yang berbeda untuk film ini.
Oleh karenanya kemudian film ini dinamai FILM ? (tanda tanya) -apa menurutmu.
(dengan segala bentuk proses diskusi awal yang telah dilakukan, aku menjadi bingung pada saat seorang penulis buku mengatakan bahwa cerita dan judul film ini seperti karangannya)
Palu diketuk. Skenario diproses ke tahap produksi. Tanggalpun ditetapkan 7 April 2011.
Pihak 21 segera dihubungi untuk mengunci waktu tayangnya .
Setelah melakukan survey lokasi ke banyak tempat dan kota, akhirnya diputuskan untuk mengambil Semarang sebagai lokasi shooting. Ditemukan tempat yang sesuai, yaitu di daerah pecinan, dimana terdapat banyak gang dengan penduduk yang padat. Di situ ada sebuah rumah kosong yang memang disewakan untuk keperluan shooting. Tim penata artisik dikomandoi oleh Fauzi berhasil menyulap tempat tersebut dengan tata restoran China lama. Keren ...
Aku tidak mengikuti keseluruhan proses shooting ini. Namun dari beberapa scene awal aku menilai pengambilan gambar, lighting dan keseluruhan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hanya pada toko buku Rika, seharusnya namanya adalah Aksara atau nama yang lebih mudah diingat. Terlanjur terpampang dengan tulisan Footnotes. Dan tokoh Andhika berganti nama menjadi Surya.
Potongan-potongan scene awal aku bawa ke Jakarta untuk diproses ke materi promo awal.
Membuat logo film awal, tanda tanya bentuk sederhana merah, dengan tag line tentang perbedaan.
Kemudian mendalami satu-satu karakter untuk dibuatkan disain posternya.
Nampaknya semua lancar, kecuali memang susah menjual cerita ini kepada para sponsor. Aku dapat memahami bahwa cerita yang terkait agama dan pernak pernik perbedaannya bukanlah cerita yang populer untuk image sebuah brand ataupun produk. Pada akhirnya dengan sponsor yang sangat minim, proses film ini tetap berjalan hingga selesai.
Kompleksitas prosesnya mulai terlihat pada saat filmnya sudah selesai post pro. Pada tahap permohonan ijin lolos sensor, ternyata ada perdebatan-perdebatan di LSF. Aku rasa karena film ini cukup mengagetkan banyak orang, termasuk mereka yang berkutat di industrinya. Hanung dan aku menghadiri forum tanya jawab dengan pihak LSF, sebelum mereka memutuskan bahwa film ini lulus dari sensor. Pertemuan tidak hanya dihadiri oleh anggota LSF, tetapi juga oleh para pemuka agama. Diskusi yang menarik untuk menggali latar belakang dan pendalaman ceritanya. Aku ingat itulah saat terakhir aku bertemu dengan alm. ibu Titi Said. Beliau sangat mengapresiasi film ini. Demikian pula dengan ibu Rae Sita.
Keluar dari ruang diskusi tersebut aku dan Hanung tercenung di mobil. Ternyata inilah awal perjalanan si Tanda Tanya ... apakah LSF akan meloloskannya? Jika iya, ini merupakan kemenangan dari perjuangan kreativitas dan pemahaman arti penting sebuah kata toleransi.
Dan pada akhirnya ... surat lolos sensor itu didapatkan! dengan sedikit sekali potongan, yakni pada gambar kepala babi. Terimakasih LSF. Aku menyadari dengan memberikan surat ini, LSF mengambil tanggung jawab atas segala bentuk respon terhadap film ?. Dan itu bukan hal yang mudah.
Tetapi buku ini sudah mulai terbuka ...
Aku berkutat dengan materi press release sebelum membagikannya kepada para wartawan saat press conference sesudah penayangan perdananya di Gandaria city.
Sambutan yang baik dari teman wartawan.
Releasenya ada di berbagai macam media dan umumnya memberikan referensi yang baik -dalam konteks bahwa pesan yang disampaikan oleh film tercerna oleh mereka.
Namun ada sedikit kabar yang sampai kepada Ketua GP Ansor bahwa ada adegan banser yang tidak sesuai dengan kenyataan. Susahnya adalah itu hanya kabar dimana para anggota banser belum melihat sendiri filmnya -karena filmnya memang belum beredar. Akhirnya dilakukan nonton bareng dengan ketua GP Ansor dan perwakilan-perwakilannya di TIM. Sesudah menyaksikan, ternyata apa yang dikabarkan itu tidaklah benar. Ketua GP Ansor menyambut baik film ini dan bahkan selanjutnya bersama kami melakukan nobar dengan para anggota banser ke daerah-daerah.
Launching filmyan sendiri berjalan baik di Jakarta Theater 7 April 2011
kemudian premiere dilakukan juga di Semarang bersama para pejabat PEMDA dan bapak Walikota.
Sambil bekerja ekstra keras di pemasarannya, karena saat peluncuran film ini industri film sedang lesu dengan berhenti masuknya film-film Hollywood. Tentunya trafik penonton yang datang ke cinema sangat berkurang. Namun budget promosi juga tidak terlalu besar, mengingat film ini didanai dengan sponsor yang minim. Kuncinya adalah publikasi. Referensi-referensi yang baik akhirnya mendorong penonton untuk datang dan menyaksikannya! Bahkan mereka bisa melihat berkali-kali.
Mengelola FB fans page adalah salah satu cara untuk berkomunikasi dengan para penonton. Ada pujian, ada caci maki. Itulah perbedaan. Terimakasih untuk teman-teman media satu group yang sudah banyak membantu. Juga tim lainnya yang menangani berbagai demo terkait film ini. Pekerjaan ini menyatukan semuanya untuk bahu membahu mengatasi masalah lapangan. Rekan-rekan di LSF pun sangat membantu. Setiap saat berkoordinasi manakala terjadi serangan demo di kantor mereka. Demikian juga pihak 21 yang selalu menanyakan keputusan terkait berbagai demonstran yang mendatangi mereka.
Yang aku ingat siang itu, mungkin tgl 28 April sesudah hampir sebulan filmnya tayang, aku ditelpon oleh 21 Jakarta yang mengabarkan ada Demo ormas di 21 Tasikmalaya. Aku segera mengontak manajer 21 Tasikmalaya. Dan memang benar, terdengar teriakan-teriakan melalui telepon. Sebelum mengambil keputusan kuhubungi rekan yang dapat mengkoordinasikan aparat keamanan setempat. Karena aku berada di Jakarta, sehingga susah untuk mencapai Tasikmalaya dalam waktu singkat. Yang terpenting dijaga adalah jangan sampai jatuh korban, mengingat track record kekerasan ormas ini cukup mengkhawatirkan. Dilakukan pula diskusi di Tim perihal kasus ini, yang pada akhirnya diputuskan kita mendrop penayangan film ? di Tasikmalaya, mengingat akses ormas terhadap bangunan 21 sangat mudah.
Kejadian yang sama berlaku pula di Bandung. Namun karena di Bandung masyarakatnya sudah lebih majemuk, maka aksi ormas masih dapat diredam. Memang dilakukan diskusi antara muspida / kepolisian dengan pengusaha bioskop. Dan pak Parwez mengatakan bahwa film ini berhak tayang karena sudah mendapat legalitas dari LSF. Film ? di Bandung tidak kami turunkan.
Apa yang menyebabkan ormas ini bergerak? Salah satunya adalah anggapan film ini sudah difatwakan haram oleh MUI. Padahal tidak ada fatwa haram yang keluar dari lembaga tersebut. Sehingga menjadi menarik membaca berita terjadi perdebatan antara anggota ormas dengan salah satu anggota MUI tentang hal ini. Aku juga pernah menjadi koordinator perwakilan MUI untuk menonton bareng filmnya. Bahkan Tim juga pernah berdiskusi dengan mereka.
Berkeliling ke universitas2 untuk berdiskusi merupakan jadwal panjang yang dijalani. Melelahkan namun menyenangkan. Hanung beberapa kali mengomeli mahasiwa karena mereka datang untuk berdiskusi tetapi belum melihat filmnya sama sekali. Biasanya aku bagian penengah :)
Hingga filmnya berakhir di layar lebar, tercatat lebih dari 550 ribu penonton yang menyaksikan di 21. Sebenarnya jauh dari target yang ditetapkan. Tetapi sudah merupakan suatu prestasi di tengah kelesuan penonton film lokal.
Masalah baru muncul saat SCTV akan menayangkan film ini di malam takbiran. Ormas kembali bergerak. Dan yang membuat menjadi lucu adalah penyelesaiannya, yang menurutku dilakukan oleh person yang kurang mapan di bidangnya. Karena pada satu saat dia berkata oke pada kita, namun ke pihak lain dia menyatakan ketidak setujuannya dengan film ini. Tapi okelah ini pembelajaran berharga bagi person tersebut. Banyak simpatisan yang datang ke kantor SCTV yang menyatakan prihatin bahwa lembaga penyiaran besar dapat tunduk pada tuntutan ormas, untuk sebuah produk yang sudah memiliki legalitas tayang. Cukup seru. Demikian juga diskusi-diskusi di Fans page ? terkait kasus ini.
Lama menanti akan ketidak pastian tayang ini.
Namun pada akhirnya ... layar bb ini mengatakan 24 Feb 2012, pukul 22.30 wib, film ? akan ditayangkan. Terimakasih SCTV.
kembali ke 21 Feb 2012 ...
Hanung sudah datang untuk melakukan press conference peluncuran DVD dan novel.
aku harus bersiap-siap mendampingi dia dan menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan.
Buku ini masih terbuka, dengan peredaran bentuk baru filmnya melalui cakram dan tulisan.
Semoga bisa dinikmati dengan baik.
Aku juga mulai membuka buku baru lainnya.
Karena sudah ada cerita baik di depan mata, untuk difilmkan.